Mohon Berikan Tanggapan, saran maupun kritik pada postingan saya

Rabu, 09 Januari 2013

CERPENKU 3



AKU INGIN MELIHAT SALJU

Mimpi ....
Setiap manusia memiliki mimpi
Namun tak semua manusia mampu mewujudkannya
Terdapat banyak alasan
Terdapat banyak tantangan
Serta keterbatasan

Ada yang bahagia karena mampu meraih mimpinya
Ada yang cukup dengan hanya mengenang mimpinya
Ada juga yang selamanya menjadi harapan yang menyakitkan ...
◦◦◦
          Anis, seorang gadis kecil berusia 9 tahun. Ia anak bungsu dari 2 bersaudara. Orangtuanya sangat menyayanginya namun mereka terlalu sibuk mengurus pekerjaan sehingga membuat Anis kurang kasih sayang dari kedua orangtuanya. Akan tetapi, untunglah Anis memiliki seorang kakak yang sangat mencintai Anis lebih dari dirinya sendiri. Dia adalah Irvan.
            Irvan adalah sosok kakak yang sangat jarang ada, beruntunglah Anis memilikinya. Irvan yang baru saja menginjak usia 17 tahun dimana diusia seperti itu, ia harusnya lebih banyak menghabiskan masa remajanya. Namun tidak demikian halnya dengan Irvan, dialah yang mengambil alih tugas kedua orangtuanya untuk menjaga dan memberikan kasih sayang kepada Anis.
            Anis sangat bahagia dengan hidupnya, tetapi tak banyak yang tahu bahwa ia mengalami kelainan jantung sejak lahir. Perkembangan jantungnya tidak dapat mengikuti perkembangan tubuhnya sehingga jantungnya menjadi tidak stabil. Ia tidak akan hidup lama, itu merupakan opini dari dokter berdasarkan medis. Anis mengetahui tentang keadaannya, ia tahu bahwa ia tak dapat melakukan aktivitas seperti anak sehat pada umumnya. Oleh sebab itu, ia tak dapt bersekolah seperti anak lainnya. Ia hanya home schooling, banyak kegiatan akan membuat kondisi jantungnya melemah dan tidak stabil. Namun, ia tak sekalipun menunjukkan raut kesedihan apalagi menangis. Selain itu, ia memiliki kakak yang akan memberikan tangannya saat ia tak mampu meraih sesuatu, ia memiliki kakak yang akan memberikan kakinya saat ia tak mampu berdiri dan berjalan.
            Satu hal yang menjadi mimpi Anis yang mungkin tak akan pernah terwujud adalah ia ingin melihat salju, ia ingin pergi ke suatu negara yang terdapat salju. Ia ingin merasakan apa yang tak pernah ia rasakan selama hidupnya. Tetapi mengingat kondisinya yang tak bisa bepergian ke luar negeri karena kondisi jantungnya yang lemah, ia hanya bisa terus berharap suatu hari dapat melihat SALJU.
◦◦◦
Di halaman rumah ..
Anis : Kak, kapan yah Anis bisa liat salju? (sambil bersandar di bahu kakaknya)
Irvan : Kapan saja kau bisa melihat salju. Kakak akan membawakannya untukmu. (tersenyum dengan wajah menatap lurus ke depan)
Anis : (cemberut) Bukan salju buatan yang Anis maksud, tapi salju yang langsung turun dari langit.
Irvan : Kau tau sendiri kan kalau negara kita tidak ada musim saljunya.
Anis : (melepaskan sandarannya) Meski Anis masih kecil, Anis juga tau hal seperti itu kak!
Irvan : Memangnya kenapa kau sangat ingin melihat salju? (sambil memandang adiknya)
Anis : Anis juga ga tau. Tapi Anis rasa jika Anis melihat salju, Anis akan lebih nyaman daripada sekarang.
Irvan : Hanya karena itu? (heran dengan alasan adiknya)
Anis : (mengangguk)
Irvan : Baiklah! Karena kakak tidak mungkin menyuruh Tuhan untuk turunkan salju, kakak akan bawa kamu ke tempat yang dingin dan seperti salju.
            Mereka lalu bergegas ke tempat yang disebutkan Irvan. Dan ternyata, mereka pergi membuka KULKAS.
Anis : Kakak!! (berteriak)
Irvan : Bukan ini yang kakak maksud, kakak hanya mau mengambil minum. Tapi kakak berjanji akan membawamu ke tempat yang ku maksud, OK?
Anis : (mengangguk setuju)
◦◦◦

Hari Minggu ..
Semua keluarga berkumpul, Anis sangat gembira karena tak biasanya rumah jadi seramai itu. Namun sebenarnya ada satu hal yang disembunyikan oleh orangtua dan kakak Anis. (flashback) Sewaktu orangtua Anis pulang dari pekerjaan mereka, pihak rumah sakit menghubungi mereka untuk menemui dokter di rumah sakit. Dokter merasa bahwa sebaiknya waktu Anis banyak dihabiskan bersama dengan keluarganya sebab kondisi Anis sebenarnya sangat sulit, tetapi dia merupakan anak yang sangat tegar. Oleh karena itu, keluarganya seharusnya memberi motivasi untuk dirinya tetap bertahan hidup.
Anis : Anis tau apa yang membuat mama, papa disini! Pasti jantungku sudah parah yah? (Kedua orangtua Anis saling memandang)
Kakak : Apa maksudmu? Apanya yang salah kalo kita semua berkumpul seperti ini?? (nampak marah)
Anis : Ga ada yang salah! Anis biasa nonton di TV kalo keluarganya sudah berkumpul semua, berarti penyakit anggota keluarganya yang sakit sudah semakin parah. Anis benar, kan? (jawab Anis santai)
Mama : Irvan! Mulai sekarang, jangan biarkan Anis menonton televisi! (tegas ‘Mama’ sambil berlalu dari ruang tamu)
Anis : (menunduk merasa bersalah)

Beberapa saat kemudian, berlangsunglah percakapan antara Papa dan Mama Anis. Mereka membicarakan masalah kejadian di ruang tamu.
Papa : Seharusnya kau tak perlu bersikap seperti itu padanya!
Mama : (mengacuhkan pernyataan suaminya) Anis masih kecil, tapi dia bahkan lebih tegar dari banyak orang dewasa yang mengalami penyakit yang sama.
Mama : Dia lebih baik menangis sambil berkata ‘ibu! Aku tidak ingin mati, aku benci penyakit ini’. Jika dia seperti sekarang, mungkin akulah yang akan mati lebih dulu.
Papa : Siapa bilang anakku akan mati. Tidak! Dia anak yang tegar melebihi siapapun. Dia hanya tidak ingin perasaan takut mati membayanginya. Itulah cara Anis untuk bertahan hidup.

            Di lain tempat, Anis dan Irvan sedang santai sambil merasakan kesejukan malam hari.
Anis : Kak! Anis tau keadaan Anis sekarang, tapi Anis ga mau liat orang-orang disekeliling Anis seperti ketakutan bahwa Anis akan segera mati.
Irvan : Kami semua menyayangimu dan beginilah cara kami menyayangimu. (ucapnya singkat)
Anis : Oh, ya! Kapan kakak membawaku ke tempat yang kakak janjikan kemarin?
Irvan : Bagaimana kalau besok?
Anis : OK. (mereka tersenyum bersama)
◦◦◦
Keesokan harinya ..
            Sewaktu berada di ruang tamu, Anis melihat secarik kertas tergeletak di meja. Ia membuka isi surat itu dan membacanya.
To Irvan ..
Aku udah lama perhatiin kamu, tapi kamu kelihatannya cuek banget. Apakah hari ini kamu ada waktu? Aku ingin ketemu sama kamu setelah pulang sekolah di taman sekolah kita. Mau, kan? Plisssssssssssss.........
From Nisa

            Selesai membaca surat itu, Anis mengingat bahwa kakaknya berjanji membawanya ke suatu tempat.
Anis : Tapi bagaimana dengan cewek ini? (bergumam sendiri)
Tiba-tiba ..
            Irvan datang mengagetinya. Anis segera menyembunyikan surat yang dipegangnya. Irvan lalu berkata bahwa ia akan membawa Anis setelah ia pulang sekolah.
Anis : Ki.. kita ga usah pergi deh! (ungkap Anis ragu-ragu)
Irvan : Kenapa? Bukannya kau ingin pergi?? (tanyanya bingung)
Anis : Anis bilang ga usah, kak! (jawab Anis sedikit kesal)
Irvan : Dek, kamu kenapa?
Anis : (tak menjawab pertanyaan kakaknya dan segera pergi meninggalkan kakaknya)

Di kamar Anis ..
Anis : Kalian semua kenapa? Kalian punya kegiatan lain tapi karena aku, kalian membatalkannya. Aku tidak pernah membenci sakit jantungku! Tapi kalo kayak gini...? (sambil menangis)
2 bulan kemudian ..
            Anis harus di rawat dan tinggal di rumah sakit karena penyakitnya sudah harus mendapat penanganan medis serius. Setiap hari, orangtua Anis datang menjenguknya. Sebenarnya, mereka ingin menemani Anis. Namun Anis menolaknya. Anis hanya ditemani oleh suster dan perawat pribadinya. Sedangkan Irvan, ia menjenguk Anis setiap pulang sekolah tanpa pernah absen seharipun.
Anis : Kakak tidak perlu datang setiap hari, kakak kan mau UN? (kata Anis lemas)
Irvan : Kakak malah tidak bisa konsentrasi belajar kalau ga nengok kamu!
Anis : Oh, ya! Bukannya ada kak Nisa?
Irvan : Sudah kakak duga! Hari itu saat kita akan pergi, kamu menolaknya karena surat itu, kan? (tebak Irvan yakin)
Irvan : Satu-satunya orang yang ada di hati dan fikiran kakak adalah Anis.
Anis : Aaahhh.. Apakah kakak menyukaiku? (pura-pura kaget)
Irvan : Ya, kakak menyukaimu dan kamu juga harus menyukai kakak dan tidak boleh fikirkan laki-laki lain. Mengerti? (mencoba membalas)
Anis : Anis kan masih kecil, Anis mana mungkin tau hal seperti itu.
Irvan : Lalu kenapa tadi kau menyebut soal Nisa? Apa maksudmu?
Anis : (mengalihkan pembicaraan) Ada satu laki-laki yang ku fikirkan dan orang itu bukan kakak.
Irvan : Kau mencoba mengalihkan pertanyaanku tadi, yah? Lalu siapa laki-laki itu?
Anis : Papa! (mereka tertawa bersama)

Esoknya di ruang dokter ..
Papa : Bagaimana kondisinya, dok? (tanyanya penasaran)
Mama : (memandang ‘Papa’ khawatir)
Dokter : Besok Anis harus dioperasi. Maka dari itu, kami meminta kesiapan mental dari keluarganya karena kami tidak tahu kemungkinannya seperti apa?
Mama : (memberanikan diri bicara) Artinya, jantung Anis sudah tidak dapat sembuh, dok?
Dokter : (mengangguk lemah)

            Tanpa mereka sadari bahwa sedari tadi Irvan menguping pembicaraan mereka di depan pintu ruang dokter. Ia nampak terpukul dan menangis terisak sambil menutup mulutnya agar tak ada yang mendengarnya. Namun ia tak tahu bahwa Anis sudah berada di belakangnya dengan duduk di kursi roda.
Anis : Kakak kenapa?
            Irvan terkejut melihat adiknya berada persis di belakangnya, ia segera menghapus air matanya dan berkata tak ada apa-apa namun Anis menyadari yang sedang terjadi dan berusaha mengajak kakaknya jalan-jalan di rumah sakit. Anis tak mau menambah kesedihan kakaknya dengan menanyakan sesuatu kepada kakaknya.
            Cukup lama mereka berjalan, akhirnya mereka memutuskan untuk duduk di bawah sebuah pohon cemara yang ukurannya tidak terlalu tinggi. Mereka terdiam sejenak, lalu tiba-tiba ada seseorang dari belakang yang memanggil Irvan. Irvan pun menoleh. Ternyata orang yang memanggilnya ialah sahabatnya ketika SMP. Ia masih mengenalinya. Irvan pun bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri sahabatnya itu, kemudian memeluknya.
Teman Irvan : Van! Loe semakin ganteng aja, ga jauh beda dengan gue. (sambil memandang Irvan)
Irvan : Loe sedang ngejek gue, ya!? (tersenyum kecil)
Teman Irvan : Hehehe.. maksud loe apa Van? Loe nyindir tampang gue? (pura-pura kesal)
Irvan : Gue kirain loe ga bakalan ngerasa kesindir, ternyata loe udah banyak berubah dari yang dulu! (menggoda sahabatnya)
Teman Irvan : Ha.. sudahlah! Malas berdebat dengan loe. Loe kan tidak terkalahkan dalam berdebat sejak SMP.

            Selagi Irvan dan sahabatnya masih bercanda, Anis yang sedari tadi duduk tetap di tempatnya sambil mendengarkan gurauan kedua sahabat itu, merasa sedih. Ia merasa terasing dari kehidupan orang-orang disekelilingnya karena ia merasa berbeda dengan mereka sebab penyakit yang akan membuat hidupnya tidak lama lagi. Ia pun berinisiatif untuk kembali ke kamarnya tanpa memberitahu kakaknya yang terlihat fokus pada sahabatnya itu.

Di kamar rawat Anis ..
Irvan : (sambil membuka pintu) kamu udah tidur yah?
Anis : (membuka mata lalu memandang kakaknya)
Irvan : Kalau belum tidur, kakak temani sampai tidur, ya? (berjalan mendekati ranjang Anis lalu duduk di samping ranjang)
Anis : (mengangguk)
Irvan : Kenapa tadi kamu pergi gitu aja? Padahal kakak kan mau kenalin kamu ke sahabat kakak! (sambil memegang tangan Anis yang dingin)
Anis : Anis merasa pusing, kak! Anis takut, Anis pingsan saat ketemu temen kakak. Jadi, Anis lebih baik kembali duluan. Kakak ga marah, kan? (menatap kakaknya penuh harap)
Irvan : Sifat kamu yang dari dulu kakak tidak sukai adalah ini, kamu selalu saja menghindar dari orang-orang sekitar. Bagaimana kamu bisa bersosialisasi dan punya teman? (nampak sedikit kesal)
Anis : Ini karena penya ..
Tanpa sempat Anis melanjutkan kata-katanya, Irvan memotong pembicaraan Anis dengan nada suara agak tinggi dari sebelumnya.
Irvan : Jangan selalu membawa-bawa penyakit kamu!. Lagian, semua orang-orang tedekat kakak juga udah tau kamu sakit. Jadi ga perlu kayak gitu lagi. Buang jauh-jauh fikiranmu itu atau kakak ga mau ngomong sama Anis lagi! (ungkap Irvan panjang lebar)
Anis : (dengan suara parau) ma .. maaf, kak! Anis cuma takut
Irvan : Jangan takut, dek! Kakak, mama dan papa selalu ada untuk Anis
Anis : Tapi kak, sebenarnya aku tidak mau ketemu teman kakak karena.. karena nanti dia suka lagi sama Anis. (pura-pura serius)
Irvan : Kamu, disaat seperti ini masih bisa bercanda!? (tertawa)

            Anis dan Irvan tidak pernah bertengkar untuk waktu yang lama, mereka dengan waktu singkat akan akur kembali setelah mengalami masalah. Hal itulah yang membuat ikatan persaudaraan diantara mereka sangat erat bahkan mereka selalu terlihat berdua. Irvan sangat menyayangi adiknya dan saat pertama kali ia mengetahui penyakit yang diderita Anis, ia sangat shock. Ia tidak sanggup kehilangan adiknya, namun ia sadar bahwa hanya Tuhan yang mampu menyelamatkan nyawa Anis sebab jantung Anis sudah semakin parah bahkan dokter sudah angkat tangan terhadap penyakit Anis. Satu-satunya hal yang sangat diinginkan Anis adalah melihat salju secara langsung namun hal itu sungguh sangat mustahil. Irvan mencari cara agar Anis bisa tetap mewujudkan keinginannya tanpa harus bepergian ke luar negeri.
            Dua bulan sudah setelah Anis dioperasi, Anis masih dalam keadaan yang tak menentu. Ia koma. Dokter tidak bisa berbuat banyak. Keluarga Anis juga hanya bisa pasrah. Irvan yang harusnya belajar untuk menghadapi UN, tidak bisa fokus sementara adiknya terbaring dengan kondisi antara hidup dan mati.
            Keesokan harinya, saat Irvan hendak mengunjungi Anis, ia terkejut karena Anis tidak berada di tempat tidurnya. Ia mulai berfikir bahwa Anis telah pergi meninggalkannya dan takkan kembali. Namun ia berusaha membuang jauh-jauh fikiran itu, ia berusaha fokus mencari keberadaan Anis. Ia mulai bertanya pada suster, tapi tak ada seorang pun suster yang tahu keberadaan adiknya. Ia mulai ketakutan. Ia berlarian sepanjang rumah sakit dan ia melihat orang tuanya berada di taman, ia bergegas menghampiri mereka. Saat ia ingin bertanya tentang keberadaan Anis, orangtuanya menghalanginya.
Papa : Kamu jangan ribut, Anis sedang menulis sesuatu. Jangan ganggu dia! (khawatir)
Irvan : Kenapa ngebiarin Anis keluar, dia kan baru sadar dari koma? (tak kalah cemas)
Mama : (sambil menangis) Biarkan Anis bahagia untuk yang terakhir kali, Van!
Irvan : Apa maksud mama? Mama sama papa pernah bilang jangan pernah nyerah pada penyakit Anis, tapi sekarang!? (hampir menangis)
Anis : (mendekat pada kakaknya dengan kursi roda) Kak! Lama kita ga ketemu, kakak udah belajar? Kakak harus lulus dengan nilai paling bagus, ya kak! Supaya Anis ga malu
Irvan : Anis kamu kembali ke kamar, yah!
Anis : Kakak temenin Anis disini, ok? Anis janji ga bakalan lama (memelas)
Irvan : Anis, kamu masih belum pulih. Ayo kakak antar Anis ke kamar!
Anis : Kak!
Irvan : ANIS (berteriak)
Anis : Anis pengen liat salju, kak! Kakak udah janji bawa Anis buat ngeliat salju tapi Anis udah ga punya waktu banyak. Jadi Anis cuman pengen kakak nemenin Anis disini
Irvan : Kakak minta maaf sudah teriak sama kamu. Tapi kamu janji hanya sebentar, yah?
Anis : (mengangguk)

            Mereka pun duduk di bawah pohon yang pernah mereka tempati dulu. Anis bersandar di bahu kakaknya sambil memejamkan mata.
Anis : Kakak tidak lupa janji kakak ke Anis, kan?
Irvan : Mana mungkin kakak lupa!? Kakak janji kakak akan bawa kamu liat salju tapi kamu harus sembuh dulu, OK? (air mata mulai mengalir di pipi Irvan)

            Anis hanya mengangguk pelan sambil terus memejamkan mata. Tubuhnya terasa sangat dingin, wajahnya pun pucat seperti mayat. Tiba-tiba ...
Irvan : Apa ini? Salju turun? Tidak mungkin.. Bagaimana bisa? (kaget sekaligus bingung)
Anis : Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, kak! Mama selalu bilang itu ke Anis. Jadi Anis percaya kalo salju ini pemberian Tuhan ke Anis karena Anis anak yang baik dan selalu menginginkan salju. Benar kan, kak?! (suaranya melembut dan terdengar pelan)
Irvan : Nis, ayo kita masuk ke kamar! Disini semakin dingin. Nanti kesehatanmu bertambah parah. (desaknya khawatir)
Anis : Aku ingin melihat salju. Sekaaliiiii saja. (suaranya semakin melemah)
◦◦◦
3 tahun kemudian
Di Jepang ...
            Seorang laki-laki tampan berbadan tegak dengan kulit seputih salju sedang duduk di depan Universitas Tokyo sambil mengamati turunnya salju. Dia adalah Irvan. Tak lama kemudian, dari belakang terdengar panggilan seorang wanita menyebut namanya. Wanita itu adalah Khairunnisa.
            Beberapa waktu kemudian, mereka mengobrol dengan santai.
Nisa : Jadi, kamu masuk jurusan kedokteran karena itu? Dan memilih Jepang agar kamu bisa melihat salju? (tanyanya penuh minat)
Irvan : (mengangguk pelan) Ya. Karena hanya dengan melihat butiran salju ini, aku bisa melihat adikku yang tersenyum padaku.
Nisa : Kau kakak yang baik! (tersenyum tulus)
Irvan : Tapi... aku tidak bisa memenuhi permintaan adikku yang terakhir sebelum dia meninggal. Seharusnya aku membawanya untuk melihat salju yang sangat dia inginkan. Aku sangat menyesalinya. (menunduk berusaha menahan tangis)
Nisa : Jangan berkata seperti itu! Aku yakin Anis pasti juga tidak menyukainya. Tenang saja, Anis pasti bahagia melihat kakaknya masih mengingat hal yang sangat dicintainya. (sambil menepuk pundak Irvan)
Irvan : (mengangkat wajah lalu berbalik menatap Nisa sambil tersenyum) Terima kasih, Nis!
Nisa : OK! Hmm.. kalau begitu, aku pulang dulu, yah? Aku kedinginan. Kamu juga harus cepat pulang. Kalau tidak, kamu akan membeku. (berlari meninggalkan Irvan)

            Irvan masih sangat menikmati salju yang turun semakin banyak itu. Ia seakan merasakan Anis sedang bersandar di bahunya seperti saat terakhir kali ia bersama Anis di rumah sakit. Lalu, ia mengingat masa lalu.
Irvan : Jadi, salju itu hanya salju buatan dan semua itu adalah rencana papa dan mama? (sambil duduk di ranjang kamarnya)
Papa : (bersandar pada tembok kamar) Ya. Semua dokter dan suster juga ikut membantu karena mereka juga sangat menyayangi Anis. (sambil tersenyum tipis)
Papa : (sambil menyerahkan secarik kertas pada Irvan) Ini adalah surat dari Anis untukmu. Ia menyuruh suster menulisnya. Di tengah kondisinya, dia masih sempat membuat surat hanya untukmu. Anis benar-benar sangat menyayangi kakaknya.
Irvan : (mengambil surat dengan ragu) Tapi,, Anis memiliki orang-orang yang menyayanginya saat kondisinya seperti itu. Itu membuktikan bahwa Anis anak yang baik, kan Yah!? Kita semua adalah bukti kasih sayang Tuhan pada Anis.
Papa : (mengangguk)
◦◦◦
            Mengingat kejadian itu, membuat Irvan kembali menangis. Ia kemudian mengambil secarik kertas dari saku jeansnya dan membukanya. Ia selalu membawa surat Anis kemanapun ia pergi dan kemudian membacanya.

KAK, Anis ingin kakak tahu kalo Anis baik2 saja. Anis ga tau kapan surat ini sampai ke kakak, tapi Anis ga mau kakak trus menangis karena Anis karna Anis tau kakak ga bisa hidup tanpa aku, kan?
KAK, Anis hanya buat surat untuk kakak karna Anis hanya tau banyak tentang kakak. Tidak dengan mama ataupun papa. Anis merasa bersalah sih, tapi ku harap mereka mengerti karna ada satu hal yang Anis belum sampaikan ke kakak tapi ke papa dan mama udah.
Pertama, Anis pesen kakak jangan cengeng nanti kakak ga punya temen. Anis ga bisa selamanya di dekat kakak. Jadi, mulai sekarang kakak harus cari temen yang banyak.
Kedua, kakak harus belajar sampai jadi orang sukses. Jangan malu-maluin, OK?
Ketiga dan yang terakhir, Anis minta maaf karna udah bebanin kakak buat Anis bisa liat salju. Tapi, Anis yakin Anis bisa liat salju kapanpun Anis mau kalo udah ada di surga. Jadi, kakak jangan merasa menyesal ataupun merasa bersalah, ya kak? Karna kalo tidak, Anis ...

Kakakku tersayang ...
Sewaktu kecil, kakak pernah menggendongku saat kita berlarian di pantai dan aku terjatuh. Kakak sangat cemas dengan nafas terengah-engah berlari sambil menggendongku. Padahal waktu itu, aku bohong bilang kalo kakiku terkilir. Kakak adalah saudara paling istimewa di dunia ini. Kakak sangat menyayangiku dan tidak pernah membiarkanku sendirian menghadapi penyakitku.
Kak ...
Kakak pernah berjanji padaku kalo kakak akan membawaku melihat salju. Tapi, aku sadar bahwa aku telah lama melihatnya. Kebaikan hati kakak padaku memperlihatkan bahwa butiran salju putih itu ada dalam hati tulus kakak menjaga, merawat, melindungi dan mencintaiku. Adikmu ANIS! :)

1 komentar:

fabianababler mengatakan...

Harrah's Philadelphia Casino & Racetrack - JtmHub
Harrah's 경산 출장안마 Philadelphia Casino & Racetrack 군산 출장안마 has something for everyone. From classic 청주 출장안마 slots 경기도 출장샵 and table games to top promotions, our 충청남도 출장안마 Philly Casino

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Selamat Datang Jgn Lupa Comment Terimakasih Kunjungannya
Widget by: Facebook