☼☼☼
Musim panas yang menyibukkan, membuat dara cantik bernama Kinra ini saaangat kelelahan. Ia pun memutuskan untuk rehat sejenak di kasur busanya yang nyaman sebelum menyelesaikan tugas-tugas dari kampus. Meskipun sedang libur, Kinra tak ingin bersantai-santai saja di rumah.
”Yaa, daripada gak ada kerjaan, mending nyelesaiin tugas-tugas. Meskipun liburan masih agak lama sihh..”, fikirnya.
Kinra adalah gadis muda berbakat, cerdas, dan pandai memanfaatkan waktu dengan baik. Tidak seperti teman-temannya yang memanfaatkan waktu libur untuk bersenang-senang saja tanpa memikirkan tugas dari dosen yang mesti cepat-cepat diselesaikan. Padahal, jika liburan telah selesai. mereka akan kerepotan dan ujung-ujungnya meminta Kinra menyelesaikan tugas-tugas mereka.
Di sisi lain, seorang pemuda bernama Ervan sedang duduk melamun di teras rumahnya seorang diri. Ia pemuda yang cuekk, malas, dan somboonnnggnya minta ampun. Maklumlah, dia kan anak tunggal dan hidupnya pun serba bergelimpahan materi.
Meskipun begitu, ia sangat kesepian karena orang tuanya jarang di rumah dan sibuk keluar negeri demi bisnis mereka sampai-sampai melupakan anak sendiri. Mereka pulang minimal setahun sekali. Menurut mereka, ini semua mereka lakukan demi kebahagiaan Ervan. Akan tetapi, apa mereka pernah menanyakan apa yang anaknya sebenarnya inginkan?. Oleh karena itu, Ervan tumbuh tanpa bimbingan dan kontrol dari orang tuanya. Itulah sebabnya Ervan jarang pulang ke rumah dan lebih suka berkeliaran di luar dengan teman-temannya (hhe.. hhee.., kayak anjing saja, yach!).
(FLASHBACK) Tak jarang, orang tua Ervan dipanggil ke sekolah karena Ervan selalu bikin onar bahkan sampai Ervan hampir di keluarkan dari sekolah, tetapi dia selalu lolos karena melihat posisi orang tua Ervan yang merupakan pemilik yayasan. Dengan sangat terpaksa, guru-guru mendiamkannya saja.
☺☻☺
Suatu ketika, secara tak terduga Kinra dan Ervan bertemu dalam suatu event yang diadakan oleh salah seorang dari dosen Universitas . Mereka diundang untuk mewakili Universitas tempat mereka kuliah. Kinra mewakili Mahasiswi berprestasi dalam segi akademik, sedangkan Ervan mewakili bidang olahraga karena memang olahraga basket di Universitas cukup terpandang dan patut dibanggakan serta seringkali menyabet juara tingkat nasional. Dari sinilah awal kisah hidup Kinra dan Ervan yang penuh dengan pergolakan batin dan air mata.
Seusai acara, mereka berdua dipanggil oleh dosen yang mengadakan acara tersebut. Kinra dan Ervan yang tidak pernah bertemu sebelumnya meskipun mereka kuliah di Universitas yang sama pun tampak sangat canggung saat duduk berdua (yaa, maklumlah karena Kinra terlalu sibuk dengan pendidikan sedangkan Ervan sibuk keluyuran). Percakapan pun berlangsung sangat kaku, … pun bingung dengan sikap mereka.
Saat … permisi ke kamar kecil, Kinra dengan penuh keberanian memulai percakapan terlebih dulu dengan Ervan. Seperti biasa, Ervan bersikap sangat dingin kepada Kinra dan dengan angkuhnya ia mengatakan,
”Siapa loe, sok akrab banget. Gw ga butuh kerja sama dengan loe. Gw bsa nyelesaiin semuanya sendiri, kok!”.
Kinra menjawabnya dengan penuh ketegasan,”Ini bukan soal menyelesaikan segala sesuatunya sendiri atau tidak, tetapi kita perlu bekerja sama agar dipandang bahwa kita punya loyalitas dan kekompakan demi kebaikan kampus kita”.
“Kenapa loe begitu peduli dengan kepentingan kampus, sedangkan gw sendiri ga terlalu mikirin tuh..?”,tanya Ervan dengan ekspresi acuh.
“Aku jg ga peduli dengan kampus, aku hanya peduli dengan kepentinganku sendiri sebab jika nama kampus kita baik, maka cita-cita aku bwt sukses bakalan terbuka lebar”,tegas Kinra yang sebenarnya memberi motivasi kepada Ervan
“hha,, konyoll..!”, sindir Ervan
Tak lama kemudian, … pun menghampiri mereka yang sedang melamun.
“Kenapa kalian melamun??”,tanya .. .
“diaaaaaaaaammmmmmm…”,bentak mereka tanpa sadar
Tanpa fikir panjang, .. segera meninggalkan mereka berdua yang dengan serentak mengejar .. untuk meminta maaf. Akan tetapi terlambat … sudah melaju dengan mobil jadul tahun 90-annya. Mereka berdua berdiri kaku dengan ekspresi yang tak dapat digambarkan lagi, sebab jika dosen itu marah dengan sikap mereka maka akan merusak reputasi Universitas . Mereka pun akhirnya pulang terpisah. Kinra pulang dengan naik ojek, sedangkan Ervan dengan mobil sportynya.
Sesampainya mereka di rumah masing-masing, Kinra dan Ervan menyesali sikap mereka tadi. Ervan yang biasanya selalu cuek dengan perasaan orang lain, entah kenapa saat itu ia merasa sangat menyesal dan berfikir keras tentang bagaimana caranya agar ia dapat menjelaskan masalah tadi kepada Rektor dan ingin berusaha meminta maaf kembali kepada dosen itu.
Keesokan harinya, saat Kinra dan Ervan yang secara tak sengaja bertabrakan di pintu masuk kantor Rektor. Tiba-tiba, Rektor keluar dan tampak seorang wanita yang kelihatannya tak asing bagi Kinra dan Ervan. Ternyata, tanpa diduga wanita itu adalah dosen yang kemarin mereka temui yang ternyata juga adalah istri dari Rektor itu. … sudah menjelaskan tentang masalah kemarin dan ia pun telah memaafkan mereka berdua.
Kinra dan Ervan merasa saaangat lega dan bahagia. Selain itu, mereka mendapat penghargaan khusus dari Rektor (yaaa, meskipun acara kemarin tak berjalan mulus). Dari sinilah, Kinra dan Ervan pun akhirnya berbaikan dan menjadi dekat.
Pak Rektor bersyukur karena berkat kejadian itu, Kinra dan Ervan tidak bertengkar lagi. Malahan, mereka kompak dalam meminta maaf kepada istrinya. Itulah yang menyebabkan ia dan istrinya tak marah pada mereka. Sebab, hal ini sudah merupakan bagian dari rencana untuk memperbaiki hubungan Kinra dan Ervan. Karena mereka berdua punya potensi besar dalam memajukan Universitas .. jika mereka dapat bekerja sama.
☻☺☻
Tiga bulan telah berlalu, Kedekatan Ervan dan Kinra pun menjadi persahabatan yang sangat kuat diantara mereka. Sampai-sampai, Ervan dan Kinra tampak selalu berdua. Saat ada tugas kuliah pun, mereka selalu mengerjakannya bersama. Tanpa terusik sedikitpun, Kinra dijauhi teman-temannya karena dianggap telah berkhianat. Kinra lebih memilih gabung dengan Ervan dan teman-temannya dibanding dengan mereka, padahal sebelum bertemu dengan Ervan, Kinra selalu bersama dengan mereka dan menganggap Ervan cs hanyalah pembuat masalah.
Ervan merasa bersalah terhadap mereka dan berusaha meyakinkan mereka bahwa Kinra sama sekali tidak berubah, tetapi hanya membantu dia untuk menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Ervan ingin mengubah sikap-sikap buruknya selama ini dan ia menganggap hanya Kinralah yang mampu membuatnya berubah.
“Gue ngerasa kalau cuman Kinra yang bisa ngertiin gue. Orang-orang selalu berfikir ngerti kondisi gue. Tapi mereka ngebiarin gue trus bersikap seperti itu. Lain halnya dengan Kinra”, ungkap Ervan panjang lebar.
Kemudian salah seorang dari mereka berkata ,”kalau emang kayak gitu, kami ga bakalan marah. Tapi, sekali aja loe nyakitin Kinra, kami sahabat-sahabatnya bakalan nemuin loe pertama kali”.
“Gue ga bakal nyakitin orang sebaik dan setulus Kinra”, tegas Ervan.
☻☺☻
Hubungan Kinra dan Ervan berjalan semakin baik dari hari ke hari. Ervan pun benar-benar menjaga janjinya. Akan tetapi, awal dari kisah Kinra dan Ervan pun dimulai.
Semakin lama, Ervan semakin kesulitan menjaga janjinya sendiri. Sebab, ia mendapat pengaruh buruk dari teman-temannya.
“Van, kenapa sich loe udah jarang banget gabung ama kita-kita?”, tanya Riko. Riko adalah teman sebangku Ervan yang juga merupakan sahabat Ervan di Genk mereka. Riko tiada lain adalah sang provokator ulung. Sebab, ia ahli dalam menghancurkan orang lain dan kini giliran Ervan dan Kinra.
“Gue lagi punya kesibukan lain, sob. Yaa,, jadi gue ga punya banyak waktu buat kalian. Sorryy..!”, jawab Ervan dengan santai.
“Tapi, masa’ cuman waktu untuk jalan keluar bareng aja ga ada sich..! Ahh, gue tau. Loe ga mau gabung ama kita karena cewe kutu buku itu ‘kan?”, sindir Riko.
“No, bukan gara-gara Kinra kok!! N tolong loe jangan sebut dia kutu buku. Dia punya nama, yaitu Kinra”, Ervan mencoba membela Kinra.
“Tuh, kan. Baru aja gue ngomong. Otak loe udah di cuci ama cewe ga jelas itu”
“terserah apa kata loe lagi deh, yang penting gue udah nyoba ingetin loe. Kalau loe tetep ga mau ninggalin cewe itu, kita yang bakal ninggalin loe”, tegas Riko sambil berlalu pergi meninggalkan Ervan yang sepertinya tengah memikirkan kata-kata sahabatnya itu. Dan sepertinya, ia mulai terpengaruh oleh kata-kata Riko.
Ervan kemudian juga meninggalkan tempat itu. Tak jauh dari tempat itu, tepatnya di belakang tembok nampak seseorang sedang memperhatikan langkah Ervan. Ternyata, ia adalah mantan pacar Ervan yang telah lama putus dengan Ervan.
Di sisi lain, Ervan bingung atas ancaman Riko tadi. Sebab, ia tidak mau begitu saja ditinggalkan oleh teman-temannya. Ia berfikir keras sampai-sampai tak tahu bahwa sejak tadi Kinra berbicara kepadanya. Kinra bingung melihat sikap Ervan dan ia pun memutuskan untuk meninggalkan Ervan sebentar sampai Ervan siap bicara dengannya. Kinra beranggapan bahwa Ervan sedang punya suatu masalah yang cukup besar sehingga membuat Ervan seperti itu.
“Sepertinya Ervan lagi punya masalah. Mending gue biarin dia sendiri dulu. Trus entar, gue nyamperin dia”, ungkap Kinra dalam hati.
Ervan yang sedari tadi berfikir tentang perkataan Riko, tersentak kaget ketika melihat seorang gadis cantik nan anggun berdiri di hadapannya bahkan ia tak sedetikpun berkedip menatapnya. Hal ini berbeda dengan yang dilakukannya terhadap Kinra, ia mengacuhkan Kinra dan tak menganggapnya ada. Sikap Ervan memang wajar karena gadis itu memang sangat cantik bak aktris Hollywood, … di film Twilight.
Akhirnya Ervan tersadar dari imajinasinya dan segera menyapa gadis itu. Gadis itu adalah Sandra, mantan pacar Ervan. Sandra putus dengan Ervan karena ia harus melanjutkan study-nya di Prancis. Padahal, hubungan mereka waktu itu sudah sangat serius bahkan Ervan telah memperkenalkan Sandra kepada orang tuanya. Ervan sebenarnya masih sangat mencintai Sandra karena Sandra yang dulu membuatnya menjadi orang yang lebih berarti di dunia ini. Akan tetapi, setelah Sandra meninggalkannya Ervan menjadi sangat frustasi bahkan ia pernah mencoba untuk bunuh diri (Lebayyyy…). Ervan sadar bahwa ia tidak bisa memaksakan kehendaknya kepada Sandra, meskipun hingga kini ia tidak dapat menemukan pengganti Sandra di hatinya.
“Apa yang kamu lakukan di sini?”, tanya Ervan dengan kakunya.
“Emang kenapa? Nggak bolehh??”, jawab Sandra dengan lembut.
Ekspresi Ervan tampak berbeda dari biasanya. Ia lebih ramah ketika berbicara pada orang lain. Yaa, sebenarnya hanya pada Sandra dan Kinra sich!!.
Tak mendapat jawaban yang diinginkan, Ervan hanya mengatakan, “ahh.. ga’, ga ada apa2!”
Sandra tersenyum melihat ekspresi Ervan yang tampak canggung di depannya. “Mmm, actually i’m here to see you. Kamu lagi nga’ sibuk kan??”
Tiba-tiba, wajah Ervan pun memerah dan ia tak tahu harus mengatakan apa saking senangnya. Ia hanya memandang ke satu arah, yaitu ke wajah Sandra sambil tersenyum polos seraya menunduk-nundukkan kepala pertanda iya setuju.
Tanpa sepengetahuan mereka, Riko sudah lama mendengar percakapan antara Ervan dan Sandra dan ia bermaksud untuk memberitahukannya pada Kinra. Entah dengan maksud apa ia berniat ingin melakukan hal itu.
“Hai, Kin!”, sapa Riko pada Kinra.
“Mmm, ada apa Rik? Kok tumben loe nyamperin N’ nyapa gue!?”, tanya Kinra heran.
“Gue hanya pengen ngasih tau loe kalo mantan cewe’ Ervan udah balik dari Paris N sepertinya mereka bakalan balikan tughh..!”, Riko mencoba memanas-manasi.
Akan tetapi, Kinra menjawabnya dengan santai,”mau mereka balikan ato ngga’, itu bukan urusan gue karena gue kan bukan siapa-siapanya Ervan. Gue malahan seneng kalo temen gue seneng!!”.
“Oh, yaa! Oke, kalo loe berfikir seperti itu. Tapi yang gue liat kok beda, yah?”, Riko tak berhenti meyakinkan Kinra tentang perasaannya.
Sebelum ia berlalu meninggalkan Kinra di tempat pembicaraan mereka, Riko mengatakan sesuatu yang tak diduga Kinra sebelumnya.
“Ervan sangat mencintai cewe’ itu bahkan ia hampir bunuh diri hanya karena ditinggalkan oleh cewe’ itu. Lebih baik loe berfikir ulang deh tentang perasaan loe, jangan ampe loe nyesel nantinya. Loe tau kan maksud gue?”.
Kinra bingung dan tak tahu harus mengatakan apa lagi terhadap pernyataan Riko barusan. Memang Kinra merasa sangat nyaman jika berada di dekat Ervan. Akan tetapi, ia benar-benar tak punya perasaan apa-apa terhadap Ervan karena baginya, Ervan sudah seperti kakak baginya. Ervan menyayanginya seperdi kakak menyayangi adiknya, begitupun sebaliknya.
Di tempat yang berbeda, Ervan dan Sandra sedang duduk bersama di bawah pohon taman Universitas. Mereka seperti sepasang kekasih yang telah lama tak bertemu dan seakan tak ingin ada seorangpun yang mengganggu kebersamaan mereka berdua. Akan tetapi, mereka tak tahu bahwa sedari tadi Mahasiswa(i) lain mengintip mereka. Tanpa disengaja, Kinra lewat dan menyaksikan Ervan dan Sandra yang sedang berduaan. Entah kenapa, ada yang berubah dari raut wajah Kinra.
☻☺☻
Sesampainya di rumah, Kinra nampak murung dan tidak bersemangat. Ia terlihat seperti memikirkan sesuatu.
“Kenapa aku jadi kayak gini. Apa bener aku suka sama Ervan dan saat melihat mereka tadi, apa aku cemburu??”, tanya Kinra dalam hati.
“Hahh,, nggak mungkin aku suka ma Ervan. Enggak, nggak mungkin!”, Kinra mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
Tak lama setelah itu, ada yang mengetuk pintu kamar kost Kinra. Ternyata, orang itu adalah Ervan yang sejak tadi difikirkannya. Kinra terlihat senang dan raut wajahnya yang sedari tadi murung, seketika berubah menjadi tawa gembira(hhe,, hhe aneh).
Akan tetapi, senyum simpul itu langsung berubah menjadi senyum kekecewaan saat Ervan menjelaskan maksud kedatangannya ke rumah Kinra.
“Kin, gw kesini mau curhat ama loe soal Sandra. Dia baru aja balik dari Prancis!”, ungkap Ervan secara terang-terangan.
Tanpa sempat mendengarkan jawaban apa pun dari mulut Kinra, Ervan lagi-lagi membicarakan mengenai Sandra. Ia berbicara panjang lebar tanpa menghiraukan Kinra yang sejak tadi ingin mengatakan sesuatu.
Tiba-tiba, Kinra berteriak dan berkata, ”stoppp, aku capek. Aku pengen istirahat dan jangan kasi tau aku soal cinta karna aku ga bakalan paham sedikitpun tentang cinta. Loe udah salah orang”
Sebelum meninggalkan Ervan sendirian di teras kamar kostnya, ia berkata “sorry” dengan nada yang lebih pelan dari sebelumnya. Ervan kebingungan dengan keadaan ini. Ia ingin menemui Kinra dan bertanya apa yang terjadi sebenarnya. Akan tetapi, ia berfikir bahwa akan lebih baik Kinra sendiri dulu.
“Sebenarnya, apa yang terjadi? Apa gw berbuat salah pada Kinra??”, fikir Ervan.
Keesokan harinya, saat di kampus pun Kinra kelihatan menghindar dari Ervan bahkan ketika Ervan memanggil dan mencoba menghampirinya. Ervan benar-benar bingung dan tak tahu harus berbuat apa. Di perpustakaan, kantin, taman, dan tempat-tempat lainnya pun Kinra selalu berusaha menjauhi Ervan. Meskipun Ervan sudah mencoba menanyakannya pada teman-teman Kinra, tetapi mereka malah balik bertanya dan menyalahkan atas apa yang terjadi pada Kinra.
Ervan tetap berusaha mencari tahu kenapa sikap Kinra berubah padanya dan tanpa disengaja, ia pun akhirnya bertemu dengan Kinra. Tetapi, Kinra langsung lari tanpa sempat mengatakan sepatah katapun kepada Ervan. Ervan mencoba mengejarnya sambil berteriak untuk menanyakan apa yang terjadi pada Kinra. Namun, semuanya sia-sia. Kinra tak mengatakan apa-apa dan langsung naik di angkot.
Di kamarnya, Kinra tanpa diduga menangis dan berkata,”ini yang terbaik, Van. Aku ngga mau punya perasaan lebih padamu, perasaan yang lebih dari sekedar pertemanan karena aku takut tak bisa menghapus perasaan ini. Semoga kamu mengerti tanpa harus kujelaskan lagi. Aku ingin kamu bahagia dengan wanita yang kamu cintai”.
☻☺☻
Sudah berhari-hari Kinra dan Ervan tak saling bicara. Sampai akhirnya, Pak .. memanggil mereka dan menanyakan tentang hal ini,”apa yang terjadi dengan kalian. Setelah masalah waktu itu, kalian terlihat sangat akrab tapi kenapa sekarang kalian kembali seperti semula. Seperti tak saling mengenal”
“Bapak memperhatikan kalian seperti ini karna kalian adalah Mahasiswa(i) yang sangat bapak harapkan dan untuk memajukan Universitas ini. Tapii, kalau seperti ini…!!”
Ervan dan Kinra tak mampu berkata apa-apa dan Pak .. pun berbicara kembali,”jika kalian ada masalah pribadi, jangan bawa sampai ke kampus. Selesaikan saja di luar atau dimana saja yang menurut kalian tidak memecah konsentrasi kalian pada tugas yang bapak berikan kepada kalian”.
Pak … terus-terusan berbicara panjang lebar. Sampai-sampai, tak terasa waktu pulang kuliah. Mereka pun diizinkan untuk ulang dengan syarat, mereka harus segera menyelesaikan permasalahan diantara mereka berdua. Selain itu, mereka juga harus cepat-cepat menyelesaikan tugas kuliah yang di berikan khusus dari Pak … pada mereka.
Kinra dan Ervan pun berjalan keluar dari kantor Rektor. Saat berada di luar, Ervan langsung bertanya pada Kinra,”sebenarnya, apa yang terjadi? Kenapa akhir-akhir ini loe menjauh dari gw?? Apa gw berbuat sebuah kesalahan yang menyakiti perasaan loe???”.
Kinra tak mampu menjawab satupun pertanyaan Ervan. Dia hanya terdiam dan tertunduk lesu mendengar pertanyaan Ervan. Ia terlihat kaku dan gelisah.
Tiba-tiba…………
“Kinra seperti itu karena dia menyukaimu Ervan!!”, ungkap Riko yang datang tanpa diduga. Kinra pun kaget dan mencoba bersikap seperti tak tahu apa-apa.
Ervan yang belum paham maksud dari pernyataan Riko tadi, kemudian bertanya pada Riko,”apa maksud ucapanmu tadi. Gw bener-bener ga ngerti”
Riko pun menjawabnya dengan santai,”icchh.. katanya kamu pinter. Hhe dia suka sama loe lebih dari sekedar temen tapi dia menyukai loe layaknya seorang wanita menyukai seorang pria. Loe sekarang ngerti!?”.
Ervan pun tersentak kaget meskipun ada sedikit ketidakpercayaan atas ucapan Riko. Ia ingin mendengar sendiri dari mulut Kinra tentang benar atau tidaknya yang dikatakan Riko. Namun, tanpa sempat mengatakan apapun. Kinra segera pergi dari tempat itu, ia tak mau Ervan tahu yang sebenarnya.
“Lihat kan dia kabur. Dia pasti takut kalau loe tau semuanya..”, kata Riko sambil berlalu meninggalkan Ervan sendirian bersama rasa keingintahuannya.
Ervan pun berniat untuk menemui Kinra di tempat kostnya. Namun, Kinra ternyata sedang pergi ke rumah temannya. Akhirnya, Ervan pun memutuskan untuk membicarakan masalah ini esok hari di kampus.
Esoknya, Ervan mencari Kinra kemana-mana, mulai dari ruangannya, perpustakaan, kantin, taman dan hampir seluruh bagian kampus ia telusuri untuk mencari Kinra. Namun hasilnya nihil. Saat ia sedang kebingungan mencari Kinra, tanpa sengaja ia bertemu lagi dengan Sandra. Ervan pun memutuskan mencari Kinra lain waktu karena ia ingin membicarakan sesuatu yang sangat rahasia dengan Sandra.
Kinra yang sejak tadi tak terlihat batang hidungnya, ternyata sedari tadi ia berada di kantor Rektor untuk membahas Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang diberikan oleh Pak ... untuk mewakili Universitas dalam Kompetisi Karya Tulis Ilmiah tingkat Nasional.
Akan tetapi, ketika ia melewati taman(Kantor Rektor di depan taman kampus), ia tak sengaja melihat Ervan dan Sandra sedang pegangan tangan. Entah apa yang difikirkan Kinra saat menyaksikan hal itu. Saat Ervan dan Sandra melihat Kinra yang sedang berdiri terpaku di depan mereka, Kinra langsung lari dan tanpa ekspresi pun dari wajahnya. Ervan mencoba mengejar tapi Sandra menghalanginya.
Di depan pintu gerbang kampus, Ervan berdiri dan terlihat seperti mencari-cari seseorang. Ternyata, sejak tadi ia menunggu Kinra. Namun, ia tak tahu bahwa Kinra menghindarinya dengan pulang lewat gerbang belakang kampus.
Ervan terus menunggu dan menunggu Kinra dan akhirnya Sandra datang dan berkata,”dia ga ada ya. Sepertinya Kinra benar-benar menjauhimu, Van! Bagaimana kalau besok aja. Besok gw free, ko!!”.
Sejenak tak ada jawaban dari Ervan....
“Kalau besok, Kinra pasti menghindar lagi. Tapiiii..... Bagaimana kalau kita menemui Kinra di tempat kostnya. Gimana? Loe setuju ga??”, ungkap Ervan.
“Well, whatever..”, ungkap Sandra menyetujui.
Setibanya mereka di depan kamar kost Kinra, dari dalam seperti tak ada suara sama sekali.